Senin, 12 Maret 2012

Dia yang Tak Berhati




Seorang teman sebut saja X dia berhutang pada saya beberpa lembar uang. Dan itu sudah sangat sangat lama. Awalnya, saya nggak enak mau minta. Halah berapa sih, masih banyak juga kiriman uang dari orang tua saya. Iya saat itu (saat si X berhutang uang) saya masih kuliah dan X sudah bekerja. Baiklah tak masalah buat waktu itu.

Tapi berbeda dengan sekarang. Pasokan uang saya sudah terbatas dari orang tua saya bahkan nyaris diputus. Alasannya sepele saya sudah lulus kuliah dan saya harus cari uang sendiri. Saya pusing sekali. Cari kerja itu enggak semudah cari permen di toko. Hah saya kelimpungan dan saya nggak punya uang.

Beberapa orang teman saya menyarankan untuk meminta kepada si X. “Lumayan uang segitu, bisa buat makan beberapa minggu,” Kata salah satu teman saya. Baiklah dengan segenap hati saya meminta kepada si X.  Dan jawabannya selalu sama, “Bulan depan, bulan depan dan bulan depan!” Bahkan pernah dia malah ngomong gini ke saya, “kalau kamu butuh uang kamu pinjam dulu saja ke teman kamu!”

Glodakk!!! Saya rada tersinggung juga sama ucapannya. La dia yang punya hutang kok malah saya yang suruh pinjam sama teman. Baiklah saya masih bisa menegendalikan hati saya. Hingga akhirnya nomer ponsel dan facebooknya lenyap. Si X hilang tanpa Kabar, berhari-hari dan berminggu - minggu.

Eh, tapi beberapa hari yang lalu saya mendapatkan nomornya dari seorang teman. Aha… nomernya aktif . Saya pun mengirimkan sebuah SMS tidak maksud menagih. Saya Cuma kirim sms “Hy pa kabar?” Dan dia pun membalasnya dengan panjang lebar bahwa dia tidak bermaksud menghilang. Hpnya rusak dan FBnya dinonaktifkan sama pacarnya. Sekarang dia di Surabaya tidak di Malang. Baiklah.  Dan lagi-lagi dia bilang akan membayarnya bulan depan.

Saya sempat cerita sama pacar saya. Dia kesel juga. Kata dia, bukan masalah uangnya tapi kejujuran dan itikad baiknya yang nggak ada, itu yang bikin jengkel.

Dan kemarin pagi saya syok berat menerima SMS dari si X , “Tenang saja  ntar tak bayar, gak akan ngilang kok aku. Gajiku lo lumayan gede. Cuma segitu aja diributkan!”

Dada saya sesak luar biasa. Astaga dia itu teman saya. Selama ini kalau SMS pun saya selalu berusaha memilih kata-kata terbaik buat dia. Tapi menerima SMS seperti itu. Jujur saya sangat sakit hati. Saya sudah mencoba menolongnya, meski saya bukan malaikat. Bukan terimakasih yang saya dapat, malah kata-kata kasar. Hadohh ngelus dada!

Kalau gajinya gede kenapa uang segitu saja jadi beratus–ratus tahun bayarnya. Sumpah saya kesel sekali.  Sekarang saya tahu kenapa saya tidak bisa dekat dengan si X, meski kami kenal sudah berjuta-juta tahun yang lalu. Kenapa tidak bisa sedekat seperti saya dengan Fitri, yang baru saya kenal sewaktu kuliah. Iya  alasannya sederhana, karena Fitri itu lebih berhati dan tahu terimakasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar