Seorang teman sebut saja X dia berhutang pada saya beberpa
lembar uang. Dan itu sudah sangat sangat lama. Awalnya, saya nggak enak mau
minta. Halah berapa sih, masih banyak juga kiriman uang dari orang tua saya.
Iya saat itu (saat si X berhutang uang) saya masih kuliah dan X sudah bekerja.
Baiklah tak masalah buat waktu itu.
Tapi berbeda dengan sekarang. Pasokan uang saya sudah
terbatas dari orang tua saya bahkan nyaris diputus. Alasannya sepele saya sudah
lulus kuliah dan saya harus cari uang sendiri. Saya pusing sekali. Cari kerja
itu enggak semudah cari permen di toko. Hah saya kelimpungan dan saya nggak
punya uang.
Beberapa orang teman saya menyarankan untuk meminta kepada
si X. “Lumayan uang segitu, bisa buat makan beberapa minggu,” Kata salah satu
teman saya. Baiklah dengan segenap hati saya meminta kepada si X. Dan jawabannya selalu sama, “Bulan depan,
bulan depan dan bulan depan!” Bahkan pernah dia malah ngomong gini ke saya, “kalau
kamu butuh uang kamu pinjam dulu saja ke teman kamu!”
Glodakk!!! Saya rada tersinggung juga sama ucapannya. La dia
yang punya hutang kok malah saya yang suruh pinjam sama teman. Baiklah saya
masih bisa menegendalikan hati saya. Hingga akhirnya nomer ponsel dan
facebooknya lenyap. Si X hilang tanpa Kabar, berhari-hari dan berminggu -
minggu.
Eh, tapi beberapa hari yang lalu saya mendapatkan nomornya
dari seorang teman. Aha… nomernya aktif . Saya pun mengirimkan sebuah SMS tidak
maksud menagih. Saya Cuma kirim sms “Hy pa kabar?” Dan dia pun membalasnya
dengan panjang lebar bahwa dia tidak bermaksud menghilang. Hpnya rusak dan
FBnya dinonaktifkan sama pacarnya. Sekarang dia di Surabaya tidak di Malang.
Baiklah. Dan lagi-lagi dia bilang akan
membayarnya bulan depan.
Saya sempat cerita sama pacar saya. Dia kesel juga. Kata
dia, bukan masalah uangnya tapi kejujuran dan itikad baiknya yang nggak ada,
itu yang bikin jengkel.
Dan kemarin pagi saya
syok berat menerima SMS dari si X , “Tenang saja ntar tak bayar, gak akan ngilang kok aku.
Gajiku lo lumayan gede. Cuma segitu aja diributkan!”
Dada saya sesak luar biasa. Astaga dia itu teman saya.
Selama ini kalau SMS pun saya selalu berusaha memilih kata-kata terbaik buat
dia. Tapi menerima SMS seperti itu. Jujur saya sangat sakit hati. Saya sudah
mencoba menolongnya, meski saya bukan malaikat. Bukan terimakasih yang saya
dapat, malah kata-kata kasar. Hadohh ngelus dada!
Kalau gajinya gede kenapa uang segitu saja jadi beratus–ratus
tahun bayarnya. Sumpah saya kesel sekali. Sekarang saya tahu kenapa saya tidak bisa
dekat dengan si X, meski kami kenal sudah berjuta-juta tahun yang lalu. Kenapa tidak
bisa sedekat seperti saya dengan Fitri, yang baru saya kenal sewaktu kuliah.
Iya alasannya sederhana, karena Fitri itu lebih berhati dan tahu terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar