Kamis, 05 Januari 2012

Love With A Fellow




Apa sih yang paling membahagiakan di dunia ini selain perdamaian dan cinta kasih. Seneng nggak sih kalau hidup kita selalu baik dengan orang lain? Seneng nggak sih kalau kita hidup saling berkekeluargaan di bawah satu atap?

Kalau pertanyaan itu kalian tanyakan pada saya. Jelas saya akan jawab "seneeeeenggg!!!!"

Tapi belakangan ini, saya heran dengan orang-orang di sekitar saya. Egoisme itu memeng selalu bisa menutup mata setiap orang. Bahkan menutup mata hati. Kalau mata hati aja sampek ketutup. Udah deh. Bakal gelap semuanya. Sukur-sukur kalau gak kesandung batu. Iya kalau batu, biasanya nyandung orang juga udah enggak kerasa lagi. #garuk hidung!

Egoisme dan keras kepala itu pasangan serasi untuk merusak persaudaran. Merusak sendi sendi kehidupan berbangsa dan bertanah air. Hadoooh saya ini sebenarnya mau ngomong apaan sih? >_<

Begini sodara sodara. Belangan ini saya enggak betah di kosan. Huekkkkkk!!! Saya muak! Orang-orangnya pada enggak bisa bersaudara.  Kemarin pagi-pagi buta. Bahkan saya masih merem-merem dan belum sepenuhnya sadar akan kehidupan, saya sudah dengar pertikaian mulut. Berhubung saya kebelet pipis, saya pun keluar. Bodo amat. Saya enggak peduli mereka. Saya mau pipis dan saya harus keluar kamar. Saya ternyata juga egois. Tak peduli dengan mereka bukankah saya egois? Tapi saya mau pipis dan saya tidak mau ikut bertengkar!

Dan dan dan saya jalan menuju kamar mandi, belum sempat saya menutup pintu. Eh.... saya pun di hadang sebut saja si A. Dia pun bercerita panjang kali lebar dengan saya. Yang intinya dia itu mengadu dengan saya dan berharap saya ada di pihaknya. Terus sebut saja si B. Si B adalah lawan adu mulut si A mendatangi kami. Suasana menjadi runyam.

Kalian tahu apa permasalahan yang membuat mereka bertengkar???? Masalah remeh temeh yang enggak seharusnya menjadi masalah. Masalah yang enggak banget untuk dijadikan masalah. Masalah yang seharus biasa diomongkan dengan baik-baik. Masalah yang enggak seharusnya diributkan pagi-pagi buta seprti ini. Saya pun ingin berteriak. Tapi toh itu tidak saya lakukan. Kalau saya berteriak bukankah, itu akan semakin merunyamkan keadaan???

Akhirnya si B mengajak seisi kosan untuk melihat di TKP. Eh saya belum ngomong tentang masalahnya ya?Masalahnya itu adalah tentang jemuran yang dipinggirkan. Apakah itu masalah penting? Saya rasa tidak. Dan kalian pasti sepakatkan kalau masalah seperti itu bisa dibicarakan dengan baik-baik tanpa harus adu mulut???

Seisi kosan sudah di TKP. Kami semua diajak untuk melihat jemuran. Si B sebelumnya sudah menjemur terlebih dulu. Terus si A nyuci dan njemur baju. Dan karena tempat jemuran emang sempit si A minggirin jemuran si B dan si B enggak terima dengan perlakuan si A. Jadi deh adu mulut yang tiada tara. Saya pun jadi pusing. Saya pun enggak mau tahu dan saya pun balik ke kamar mandi karena emang kebelet pipis. Tanpa sepatah kata pun saya lari ke kamar mandi.

Setelah keluar kamar mandi. Si A protes karena saya enggak ngomong apa-apa tadi. Enggak membela katanya. Dohhhhhh!!!! saya jadi pusing. Kenapa saya harus ikut campur? kenapa saya harus ikut beradu mulut? Saya males bertengkar. Ndengerin saja bikin pekak telinga apa lagi harus ikut adu mulut. Enggak mau saya.

Saya pun menghela nafas dalam-dalam. Andai kita enggak egois dan enggak merasa benar sendiri pasti nggak bakal ada adu mulut. Andai kita memperlakukan setiap orang seperti saudara sendiri pasti enggak bakal ada pertikaian. Hmmmmmm............... >_<

-yna-

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. hemm...kata ibu kos kemaren, sebenarnya permasalahan yang sering timbul belakangan ini adalah efek dari permasalahan toleransi beragama yang kurang. Jadi, sekrang merembet kemana-mana deh..
    Udah cuek aje, kayak aku...
    pulang2 masuk kamar, mandi, makan, trus bobok.
    hahahahahaha...

    BalasHapus
  3. mauku juga cuek... tapi eh tapi saya sering menjadi tempat ngadu anak anak. ciapeeeekkkkk dengerinnya >_<

    BalasHapus